Resensi buku
Pendidikan Finansial
Konsep Pengelolaan Keuangan
untuk Uang,
Hidup dan Dunia Kita
Disusun
oleh
MARIO
SUDIANTO CHIEN
NPM
170323749
UNIVERSITAS
ATMA JAYA YOGYAKARTA
A.Data buku
1.
Judul
second
chance
untuk Uang, Hidup dan Dunia Kita
2.
Penulis
: Robert T. Kiyosaki.
3.
Penerbit
:PT Gramedia Pustaka Utama, kota terbit (Jakarta), tahun (2017).
4.
Tebal
:375 halaman.
5.
Dimensi
buku :
6.
Harga
: Rp. 118.000,00.
B. Sinopsis
Buku second
chance adalah salah satu karya best seller Robert Kiyosaki. Buku ini menceritakan
tentang pendidikan keuangan (financial
education) dengan menilik logika keuangan ; dimasa lampau, sekarang dan yang akan datang. Logika ini mengantar
pembaca pada kesempatan kedua untuk uang,
hidup dan dunia kita. Kesempatan kedua untuk memperbaiki pengelolaan
keuangan kita, serta psikology keuangan. Pengelolaan ini dijabarkan dengan sangat detail, cermat dan
sederhana, yang memanfaatkan perangkat keuangan.
Second
chance untuk uang, Hidup dan Dunia kita
“ Mereka bermain-main dengan
uang...Kekayaan kita dicuri melalui uang yang kita dapat dari bekerja “.
-
R. Buckminster Fuller[1]
Banyak orang bekerja keras untuk
medapatkan uang, tetapi mereka tidak tahu tentang uang ; sistem finasial, logika
keuangan, dan psikology keuangan. Hingga membuat mereka lelah tanpa merubah
kehidupan. Penasihat menyarankan kita untuk bekerja keras karena hidup itu
keras. Namun kerasnya hidup tidak selamanya membungkam kita pada pusaran
kehidupan. Seringkali kurangnya pengetahuan finansial membuat kita gampang
dibodohi, diperas (aset yang kita miliki
; tenaga kerja, uang dan kekayaan kita).
Dan
bagaimana kekayaan kita dicuri melalui uang kita..?
a.
Pajak : Nilai kerja anda dicuri melalui
pajak.
b.
Inflasi : Harga naik kalau pemerintah
mencetak uang. Selagi harga naik orang
bekerja makin keras, tetapi harus membayar lebih banyak dalam bentuk pajak dan
inflasi.
c.
Tabungan : bank mencuri kekayaan
penabung melalui proses perbankan yang dikenal dengan sebagai sistem cadangan fraksional (fractional reserve system). Sebagai
contoh, kita pakai cadangan fraksional bernilai 10%. Seorang penabung menaruh
1$ dalam rekening tabungannya. Bank diperkenankan meminjam 10$, dengan jaminan 1$
itu, kepada peminjam.[2]
“Orang kaya tidak bekerja untuk
uang tetapi uanglah yang bekerja untuk mereka”
Buku ini sebenarnya penjabaran dari buku
Rich Dad and Poor Dad, buku perdana yang mengubah mindset jutaan orang. Dengan
skema eksposisi perbandingan buku second
chance ini menjelaskan dua persepsi keuangan antara Ayahkaya dan Ayahmiskin.
Ayahmiskin yang dimaksud adalah seorang berpendidikan tinggi dengan gelar PhD.,tapi dia nyaris tak punya pendidikan
finansial. Dia punya kekuasaan di dunia sekolah tapi tak punya kekuasaan di
dunia nyata. Sebaliknya Ayahadalah seorang yang tak pernah menyelesaikan
sekolahnya, tapi ia sangat terdidik di dunia uang. Ayahkaya punya banyak
kekuasaan di dunia nyata daripada sih Ayahmiskin. Karena merekalah yang
mengendalikan permainan keuangan.
Rumusnya
adalah ..
Informasi
x pendidikan = pengetahuan.
Kita perlu pendidikan untuk
mengelola informasi menjadi pengetahuan. Tanpa pendidkan finansial orang tidak
dapat mengolah informasi menjadi kekayaan pribadi. Ratusan miliar dolar memang dihabiskan untuk pendidikan, tapi
nyaris tidak ada yang dikeluarkan untuk pendidikan finansial. Ayahkaya
mengajarkan saya ( penulis ; R. Kiyosaki)
untuk giat belajar, sekolah
tinggi-tinggi, jadi pegawai, dan dapat bekerja di perusahan besar. Sebaliknya, Ayahkaya
mengajarkan agar anak-anaknya untuk mengambil risiko, membangun usaha dan
menjadi investor setelah mereka lulus sekolah dalam Cash Flow Quadrant .
Kiyosaki membagi empat karakter orang dalam mendapatkan penghasilan. Di sisi
kiri ada kuadran E (employee) dan S (self employee). Di sisi kanan atas B (business) dan bagian bawah I (investor). Intinya ia memberikan
gambaran bagaimana kita bisa bergerak ke kuadran sebelah kanan.
Kebanyakan orang masih berfikir bahwa jalan untuk
menjadi kaya adalah sekolah setinggi-tingginya, dapatkan pekerjaan bagus dan
bekerja keraslah. Sebenarnya, bahkan sebuah pekerjaan dengan gaji tinggi
sekalipun tidak akan membuatmu kaya. Karena sederhananya, sistem keuangan kita
sekarang tidak diciptakan untuk membuat kita kaya dengan cara seperti itu.
Hanya ada satu cara yang akan benar-benar membuat kita kaya: dengan
memiliki dan mengembangkan aset.
Ketika
orang-orang mengatakan kamu harus berpendidikan dan sejahtera, biasanya artinya
mereka menyuruhmu menempuh pendidikan di universitas. Yang sebetulnya kamu
butuhkan adalah pendidikan finansial.Sekolah tidak mengajarkan pendidikan
finansial karena itu terlalu powerful. Pendidikan finansial artinya pendidikan
yang keluar dari pengetahuan tradisional dan mendapatkan pengetahuan baru yang
dibutuhkan untuk membuat lebih banyak assets - ini memiliki power untuk
menjadikan kamu sejahtera. Waktu dulu, budak tidak diperbolehkan untuk membaca
dan menulis, karena itu terlalu powerful untuk menyaingi pemilik budak.
Sekarang, kebanyakan orang dihindarkan dari pemahaman pendidikan finansial
untuk alasan yang sama. Sejahtera yang sebenarnya bukan mendapatkan uang yang
banyak, itu adalah pemahaman yang salah lagi. Menjadi sejahtera adalah memiliki
asset yang memberikan kita uang tanpa kamu harus bekerja untuknya. Kamu
membutuhkan pendidikan bagaimana untuk bisa membuat asset. Jika kamu membeli
sebuah rumah tua, lalu memperbaikinya dan menyewakannya, kamu berarti memiliki
assets. Kamu akan mendapatkan uang dari yang menyewa rumahmu tanpa harus bekerja
untuk itu.
Orang-orang yang belum pernah mendapatkan pendidikan
finansial hanya tau pemasukan dan pengeluaran. Makanya banyak yang salah pemahaman
soal asset.
Secara sederhana R. Kiyosaki menjelaskan bahwa Aset
adalah menaruh uang di dompet kita sedangkan liabilitas adalah mengambil uang
di dompet kita. Lebih jauh ia menjelaskan bahwa aset dapat menjadi aktif income artinya dapat mencetak jutaan Dollar, tanpa kita harus bekerja.
“
kegilaan adalah melakukan hal yang sama secara terus-menerus dan mengaharapkan
hasil yang berbeda”.
-
Albert Einstein
Di sekolah kita diajarkan untuk menjadi pintar, hingga
dapat berkuliah dan nantinya menjadi pegawai dengan upah yang besar. Kita sering diajarkan untuk menjadi
spensialis ; tahu banyak tentang sedikit hal, dan ini justru membawa kita pada
kepunahan. Data menunjukan bahwa sembilan dari sepuluh bisnis baru akan gulung
tikar dalam lima tahun. Alasan sebagian bisnis gagal adalah karena pendidikan tradisional melatih murid
menjadi spesialis, mereka tak punya keahlian bisnis umum untuk bertahan.
Sebaliknya generalis ; tahu sedikit tentang banyak hal. Merupakan kunci untuk
dapat bertahan dan bersaing.
“ satu itu
banyak minimal dua, koin mempunyai tiga sisi ; angka, gambar dan tepi “.
Kekalahan atau kegagalan
dalam berbisnis tidak selamanya menjadi akhir dari usaha bisnis. Yang kebanyakan orang mengatakannya sebagai emergency attack . Menurut Bucky Fuller,
kata Emergency (darurat) adalah kata
yang sangat kuat, tetapi sering
Disalahgunakan dan disalahpahami. Dia berkata,” kata
dasar dalam emergency adalah emerge (muncul),” suatu kaidah umum. Kata Fuller “
dari keadaan darurat muncul hal baru, orang baru dan masyarakat baru. Bagi
mereka yang mencari kesempatan kedua dalam hidup, kabar baiknya adalah bahwa
banyak orang memang muncul dari keadaan darurat dengan lebih kuat, baik dan
kaya. Seperti quotes diatas “ satu itu banyak minimal dua, koin mempunyai tiga
sisi ; angka, gambar dan tepi “.Ketika kita dihadapkan
dengan situasi sulit jangan hanya
melihat dua pilihan pada dua sisi koin
saja, tetapi mengambil jeda pada tepi koin untuk mempertimbangkannya. Sebagai
contoh trade off [3] untuk
berhutang. Utang tidak selamanya buruk. Berhutang
bisa menjadi alat yang powerful yang berpengaruh. Di dunia finansial, itu bisa
sangat powerful karena dapat membuatmu melakukan hal tanpa harus menabungnya terlebih dahulu.
“ kata-kata adalah alat .....alat terkuat
yang pernah dibuat manusia..”.
-R.
Buckminster Fuller
Mengajari
orang mandiri dimulai dengan kata-kata yang memperdayakan, bukan kata-kata yang
membuat ketergantungan. Banyak kelas menengah-kebawah kesusahan karena mereka
menggunakan kata-kata yang buruk. “
berikan ikan kepada orang, dan kamu memberi makan dia untuk sehari. Ajari orang
itu cara menangkap ikan, dan kamu memberi makan dia untuk seumur hidup “ . Ayah
kaya tak membiarkan putranya menggunakan kata-kata seperti “saya tidak bisa “dan “saya
tidak mampu membelinya” . Ayah kaya berkata bahwa orang yang paling sering
menggunakan kata-kata itu adalah orang miskin. Daripada berkata saya tidak bisa
Ayah kaya mennyuruh kami bertanya “bisa membelinya ?“. dan sebgai
pengganti dan sebgai pengganti kata
berharap Dia lebih suka kata-kata “ saya
berniat” dan “ saya akan “. Ayah kaya
sangat cermat dengan kata-kata yang digunakan hingga kata
itu telah menjadi daging.
Second
chance
Kesempatan Kedua untuk
Memperbaiki Kesalahan dalam Mengelola Keuangan
Untuk
uang , hidup dan dunia kita..
C.
Ulasan
isi resensi
Perwajahan
1. Cover :
menarik, dengan sajian gambar yang khas.
2. Layout halaman :
3. Jenis kertas : menggunakan
kertas kuning-kecerahan (warna ringan)
4.
Jenis
dan ukuran huruf : ukuran jenis huruf serta spasi yang
digunakan sangat tepat, dan tidak membingungkan pembaca.
5. Ilustrasi :
penggunaan ilustrasi gambar yang menarik dengan kualitas gambar yang baik.
Ilustrasi dapat berupa kurva, lukisan dan diagram, yang tentunya sesuai dengan
isi buku.
D.
Konten
buku
1. Pendahuluan memaparkan pentingnya
buku dibaca
a.
Buku ini cocok untuk dibaca mahasiswa,
pegawai/karyawan kantoran, entrepreneur, manajer, akuntan, dan tentunya
masyarakat kalangan menegah dan bawah. Atau siapapun yang ingin mendapatkan
kebebasan finansial.
b.
Kekeliruan terbesar dalam sistem
penedidikan kita adalah tidak diajarkannya tentang pengetahuan finansial. Yang
merupakan faktor penentu kesuksesan kebebasan finansial. Ada banyak sistem
keuangan yang dibuat tetapi dijadikan alat untuk merampas kekayaan orang lain
terlebih khusus kalangan menengah dan
bawah. Maka dari itu buku ini sangat cocok untuk membangun logika keuangan
sebagai kesempatan kedua untuk uang, hidup dan dunia kita.
2. Penyajian bab
a. Buku
terdiri dari 19 bab yang masing-masing bab membahas sub judul buku.
b. Tiap
sub judul menjadi materi pembahasan dan refleksi.
E. Keunggulan dan Kelemahan buku
a. Keunggulan
1. Adanya
kaidah yang bersifat open-minded,
seperti :
·
“ satu itu banyak , minimal dua “.
·
Koin mempunyai tiga sisi.
·
I x P = pengetahuan.
·
Krisis adalah bahaya dan peluang (Red. Emergency : Bucky Fuller), dsb.
2. Kritis
terhadap praktik sistem keuangan dan sistem pendidikan.
·
“ Orang masih pergi ke sekolah tapi
belajar sedikit tentang finansial “.
·
Ketidakadilan finansial tampak pada
sistem perbankan, pajak dan inflasi.
·
Kekayaan kita dicuri oleh sistem
keuangan, kita dibodohi karena kurangnya pengetahuan finansial.
·
Kegagalan terbesar dalam sistem
pendidikan adalah tidak diajarkan tentang logika keuangan, dsb.
3. Membuka
cakrawala akan pengetahuan finansial dengan :
·
Logika keuangan seperti, aset = menaruh
uang ke dalam dompet, liabilitas = mengambil uang dari dimpet.
·
Utang dapat menjadi produktif ketika
angsurannya dibayar oleh orang lain dan kita punya cashflow [4] ke
tabungan pribadi.
·
Psikology keuangan dimulai dengan
mengubah penggunaan kata-kata, dsb.
b. Kelemahan
buku
·
Terdapat terjemahan yang kurang tepat,
misalnya lompatan iman .
·
Adanya penggunaan kata yang tidak baku.
Misalnya : pemanufaktur/continental,
(sudah disesuaikan dengan KBBI)
·
Adanya pendobelan penggunaan kata dalam
kalimat. Misalnya : adalah karena.
·
Terdapat kata yang diketik salah (typho).
·
Formulasi kalimat yang kurang lengkap,
misalnya tidak ada pelengkap yang seharusnya ada.
·
Membangun persepsi kolektif dengan
persepsi personal (dalam artian menegasi panggilan hidup dan takdir).
[1] yang dijadikan penulis sebagai Role model
dalam buku second chance
[2] Bank dianalogikan sebagai sebuah “Toko
kelontong”, mengambil keuntungan dari capital gain (HJ>HB). Bank memberi bunga deposito yang lebih rendah
daripada bunga pinjaman.
[3] Istilah ekonomi yang merupakan tarik ulur
dalam menetukan/memilih satu dari dua atau banyak.
[4]
Aliran kas , yang dimaksud
adalah aliran kas masuk atas aset yang disewa.
Keren ase. Mantap.
ReplyDelete