Model Laporan Analisis Risiko Pada Perusahaan ; Studi Pada JanteesScreenprinting






A.    Profil Perusahaan
Nama Usaha                :           Jantees Screenprinting
Pendiri                         :           Caranglaksita & Febri Jati
Jumlah Pekerja            :           4 orang
Bidang                        :           Konveksi
Alamat                        :           Jagalan RT 07 / RW 03, Tegaltirto, Berbah,    Sleman, Yogyakarta
Media Sosial               :           Instagram @jantees.screenprinting
Visi dan Misi               :           Memberikan pelayanan terbaik dalam bidang
Konveksi Pakaian. Disertai dengan edukasi mengenai bahan pakaian yang sedang berkembang dan  sudah ada Quality is our priority.

Sejarah                                  
Jantees Screenprinting didirikan pada tahun 2014 oleh dua orang, yaitu Caranglaksita dan Febri Jati. Modal awal perusahaan merupakan modal gabungan dari keduannya. Usaha ini bergerak di bidang konveksi terutama pada produk kaos, polo, dan jaket. Layanan pemesanan dilayani dengan sistem  Made By Order dan Order by Your Design dengan kriteria pemesanan minimal 12 pcs untuk sekali pesan. Jantees Screenprinting ini didirikan  karena tren pasar pakaian yang begitu pesat di Yogyakarta, juga dipengaruhi oleh perkembangan tren konveksi dari kota Bandung. Pada saat pertama kali berdiri, pesanan yang ada setiap bulannya tidak lebih dari 24 pcs, tetapi sampai saat ini pemesanan setiap bulannya mencapai lebih dari 300 pcs. 
B.     Identifikasi dan Analisis Bisnis Perusahaan
Metode analisis bisnis perusahaan yang kami gunakan adalah metode Model Business Canvas. Model bisnis ini pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Osterwalder dalam bukunya yang berjudul Business Model Generation. Dalam buku tersebut, Alexander mencoba menjelaskan sebuah framework sederhana untuk mempresentasikan elemen-elemen penting yang terdapat dalam sebuah model bisnis. Model bisnis menggambarkan rasionalisasi bagaimana perusahaan menciptakan, menghantarkan dan menangkap nilai (Osterwalder & Pigneur, 2009).
 Model bisnis ini terdiri dari 9 blok area aktivitas bisnis, yang memiliki tujuan memetakan strategi untuk membangun bisnis yang kuat, bisa memenangkan persaingan dan sukses dalam jangka panjang. Ke-9 blok area bisnis tersebut adalah[1] :
a.       Customer segment
·         Siapa yang memperoleh manfaat kita?
·         Apa segmentasi pasar yang dipilih?
·         Jenis pasar ; Masal, niche, segmented, diversified, multisided market?
b.      Value preposition
·         Manfaat apa yang dimiliki oleh produk / jasa kita?
·         Nilai tambah / value added yang dimiliki oleh produk / jasa kita?
·         Apa keunggulan kompetitif perusahaan?
c.       Channels
·         Bagaimana perusahaan menjangkau konsumen?
·         Berkaitan dengan value proposition & customer relationship.
·         Distribusi produk / jasa ; Langsung, tidak langsung, pembelian –after purchase, delivery product / service, awareness (social media).
d.       Customer relationships
·         Bagaimana kita berinteraksi?
·         Melakukan hubungan dengan konsumen.
·         Transaksi singkat, bantuan jangka panjang, komunitas, self service, online service.
·         Apa layanan khusus kita untuk menjalin hubungan baik dengan konsumen?
e.       Revenue streams
·         Bagaimana income akan didapatkan?
·         Dari mana saja sumber pemasukannya ; penjualan, sewa, langganan, kerja sama, lisensi, iklan atau dll.?
f.       Key resources
·         Sumber daya yang harus dimiliki untuk menghasilkan barang / jasa?
·         Aset, ide, resep, SDM/tenaga ahli, modal, jaringan, dll.
g.      Key activity
·         Kegiatan utama di perusahaan.
·         Apakah hulu – tengah- hilir.
–Produksi (production).
–Pemecahan masalah (problem solving).
–Jaringan (network).
·         Bagaimana cara kerjanya?
·         Proses kunci yang dilakukan untuk menciptakan produk atau jasa yang memiliki value proposition.
h.      Key patners  
·         Siapa yang dapat membantu?
·         Sharing value, capital, skill & resources, aliansi, joint venture, buyer-seller, supplier dsb.
i.        Cost structure
·         Komponen biaya yang timbul.
·         Bahan baku, riset, R&D, biaya tetap-variabel.
Berikut adalah Model Business Canvas pada Jantees Screenprinting :
1.        Customer segment
·         Mass Market/pasar massal (tidak membedakan segmen pelanggannya, relasi dengan pelanggan fokus ke satu grup yang sangat luas dengan kesamaan kebutuhan) ; event organizer, event mahasiswa/student, organisasi mahasiswa, komunitas, event kantoran, event tour and travel, dsb.
2.      Value preposition
·         Pesanan dapat didesain oleh Jantees screenprinting dengan ide/konsep dari pelanggan tanpa ada biaya tambahan.
3.      Channels
·         Direct marketing (promosi langsung).
·         Social media marketing : Instagram @jantees.screenprinting
·         Afiliasi dengan platform yesplis.official baik di laman web maupun social media.
4.      Customer relationships
·      Layanan customer service menggunakan social media berupa whatsapp, email, instagram dan telepon secara langsung. Melalui social media ini pelanggan dapat menggali informasi produk, harga produk, melakukan pemesanan serta dapat menyampaikan kritik dan saran.
5.      Revenue streams
·      Profit penjualan produk.
6.      Key resources
·       Brand name, gedung/rumah produksi, tenaga kerja, komputer (administrasi dan design), meja sablon, mesin potong, screen sablon,  hair dryer/heat gun, mesin hot press, mesin curing (untuk jenis sablon plastisol), meja afdruk, wastafel/kran tempat mencuci peralatan, bahan baku (kain dan cat, tinta, bubuk katalis, serta cairan kimia  lainnya).   
7.      Key activity
·         Material and Supply Order
-Ready stock material merupakan material yang akan paling banyak digunakan, seperti bubuk katalis (pembersih screen), binder pengencer tinta, cairan M3 (untuk mencampur tinta), obat afdruk emulsion (cairan kental untuk menutup pori-pori screen) dan cairan kimia lainnya.  Penyimpanan tersebut akan mengurangi waktu pengerjaan pesanan. Jika bahan tidak tersedia, maka akan membutuhkan tambahan 1-2 hari dalam proses pengerjaan. 
·         Design Consultation
Ketika pesanan telah masuk, hal pertama yang dilakukan adalah konsultasi pesanan dengan pelanggan. Konsultasi tersebut akan membahas tentang harga, bahan, desain, dan waktu pengerjaan.
·         Pemotongan kain
Sesuai banyak dan ukuran pesanan.
·         Printing atau sablon
·         Sewing
Penjahitan produk.
·         Packaging
Pengemasan.
·         Delivery
8.      Key patners
·         Wijaya sablon (supplier).
·         Elnoss sablon (supplier dan Sewing).
·         Yesplis.official (promosi) tanpa ada komisi.
·         Selain Elnoss sablon ada beberapa patner tukang jahit dengan usaha rumahan tetapi tidak mempunyai brand name atau nama usahanya.
9.      Cost structure
·         Biaya pengadaan bahan (biaya modal)
Peralatan dan perlengkapan :
No
Nama Bahan
Jumlah (unit)
Harga satuan (Rp)
Jumlah harga (Rp)
1
Meja sablon
1
3.000.000
3.000.000
2
Mesin press
1
3.400.000
3.400.000
3
Flash curing
1
1.800.000
1.800.000
4
Printer
1
1.100.000
1.100.000
5
Meja
4
500.000
2.000.000
6
Hot gun
2
300.000
600.000
7
Hairdryer
1
150.000
150.000
8
Screen
30
50.000
1.500.000
9
Rakel alumunium
6
126.000
756.000
10
Rakel kayu
8
87.500
700.000
11
Waterjet
1
700.000
700.000
12
Rak screen
1
200.000
200.000
13
Tempat cuci screen
1
500.000
500.000
14
Mixer
10
10.000
100.000
15
Alat afdruk
1
450.000
450.000
16
Coater
1
100.000
100.000

 Total  =  Rp17.056.000,00
·         Biaya produksi
-          Biaya bahan baku (kain per roll, cat, dan tinta yang   
      merupakan biaya variabel).
-    Tenaga kerja langsung (merupakan tenaga kerja lepas    
      dengan tarif minimal per jam Rp8.000,00 tarif akan
      berubah tergantung jumlah pesanan dan jam kerja) dan
      biaya jahit (Rp3.000,00-Rp7.000,00 per kaos/jaket) yang  
      merupakan biaya variabel.
 -   Biaya overhead pabrik (biaya listrik, reparasi mesin dan
      maintenance mesin).
·         Operational expenses ( perlengkapan sablon seperti; meja,  kursi, screen sablon dan transportasi).
C.     Identifikasi dan Analisis Risiko Perusahaan
Fahmi (dalam Niar, 2015:498) menjelaskan bahwa risiko bisa dikelompokan dalam dua tipe risiko, antara lain: risiko murni (pure risk) yang merupakan risiko di mana kemungkinan kerugiannya ada.  Risiko ini dikelompokkan pada tiga jenis risiko, yaitu risiko aset fisik, risiko karyawan, dan risiko legal. Sedangkan risiko spekulatif (speculative risk)  merupakan risiko yang terdapat  kemungkinan terjadinya kerugian dan juga keuntungan. Risiko ini dikelompokkan menjadi empat jenis risiko, yaitu risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko operasional.
Tipe risiko juga dijabarkan dalam Sukamulja (2017:60-63) yang menjelaskan bahwa terdapat risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis merupakan risiko yang dapat memengaruhi semua jenis aset. Perubahan yang terjadi akibat risiko ini bersifat makro sehingga mempunyai pengaruh yang besar. Contoh risiko sistematis adalah tingkat bunga, inflasi, nilai tukar, risiko pasar, country risk, dan political risk. Sedangkan risiko tidak sistematis adalah risiko yang memengaruhi secara spesifik/unik terhadap perusahaan. Risiko ini terdiri atas risiko bisnis dan risiko keuangan.
            Berdasarkan hasil penelitian kelompok terdapat beberapa risiko yang terjadi pada perusahaan Jantees Screenprinting, antara lain sebagai berikut :
1.      Tipe risiko :  -   Pure risk (risiko murni).
-          Risiko tidak Sistematis, dan
-          Merupakan risiko jangka pendek.
Jenis risiko :  
-  Risiko karyawan  
Risiko ini terjadi akibat kegagalan teknis seperti ; kesalahan  pemotongan ukuran pakaian, kesalahan bagian yang akan disablon, kesalahan penjahitan, dan kecelakaan tenaga kerja.
-   Risiko teknis
Kerusakan screen, heat gun, meja afdruk, dan beberapa mesin lainnya yang tidak dapat berfungsi dengan baik, serta risiko listrik padam.
                    Sumber risiko : internal perusahaan.
2.      Tipe risiko :  -   Risiko spekulatif (speculative risk) 
-          Risiko Sistematis, dan
-          Merupakan risiko jangka pendek/panjang.
       Jenis risiko :
-       Risiko operasional
Kenaikan upah minimum regional (tentunya akan meningkatkan upah kerja per jam kerja).
Kenaikan harga BBM yang menyebabkan harga-harga naik seperti ; kenaikan harga bahan baku dan transportasi, dan bahkan kenaikan tarif listrik.  Berdasarkan data yang diperoleh bahwa kisaran beban listrik bulanan Jantees screenprinting adalah sebesar Rp300.000,00-Rp400.000,00. Menggunakan meteran listrik manual, daya 2.200 VA dengan tarif Rp1.467,28/Kwh (golongan tarif R-1/TR source; PT PLN)  Ini berarti total penggunaan Kwh per bulan sebesar :
-            Rp300.000,00/Rp1.467,28=204,46 Kwh. Jika terjadi kenaikan tarif sebesar Rp1.472,72/Kwh (angka kenaikan tahun 2016 hanya untuk melakukan simulasi) dengan total penggunaan Kwh yang sama maka total beban listrik sebesar 204,46 Kwh x Rp1.472,72=Rp301.112,00 naik Rp1.112,00. Kenaikannya cukup kecil namun tetap saja kenaikan ini akan menambah beban perusahaan. Tidak menutup kemungkinan bahwa tarif listrik bisa mengalami kenaikan yang signifikan tergantung harga minyak mentah Indonesia (ICP), harga minyak mentah dunia, persediaan batu bara dan kondisi pasar yang terjadi. Mengingat sebagian besar proses produksi Jantees Screenprinting menggunakan tenaga listrik, maka ini akan sangat berdampak terhadap produkstivitas perusahaan.
Sumber risiko : eksternal perusahaan.
3.      Tipe risiko :  -   Risiko spekulatif (speculative risk) 
-          Risiko Sistematis, dan
-          Merupakan risiko jangka pendek/panjang.
        Jenis risiko :
-          Risiko Nilai Tukar
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing juga turut memberi dampak pada kinerja perusahaan. Hal ini tampak dari peralatan dan perlengkapan bahan yang digunakan. Bahan dan peralatan tersebut sebagian besar diimpor  seperti :
-          Screen emulsion merek Photoxol neto 1 kg made by Switzerland, Plastisol made by Korea, binder FF01 made by Korea, rubber matsui mono made by Japan, rubber matsui netral made by Japan, rubber matsui supper made by Japan, rubber merek wilflex made by USA, mesin hot press merk harizo made by Korea, hairdryer philips BHC010/12 made by Netherland,  
Berdasarkan berita yang dilansir dari tribunpontianak.co.id 06 September 2018 menjelaskan bahwa pengusaha Pontianak yang merupakan pemilik konveksi Java 86 dan Taylor Java 86, Humaira Novrianti mengakui penguatan dolar berdampak terhadap kenaikan bahan baku konveksi yang mayoritas impor. Pengusaha akan merasa dilema karena jika menaikkan harga karena biaya produksi naik tapi daya beli konsumen rendah menyebabkan turunnya penjualan. Sedangkan kalau tidak menaikkan harga dikhawatirkan tidak menutupi biaya produksi dan operasional. Risiko ini dapat disebabkan oleh perang dagang Amerika dengan China, krisis mata uang yang terjadi, serta stabilitas ekonomi dan politik.
Sumber risiko :  Eksternal perusahaan.
4.      Tipe risiko :  -   Risiko spekulatif (speculative risk) 
-          Risiko Sistematis, dan
-          Merupakan risiko jangka panjang.
Jenis risiko :
-          Risiko bisnis/pesaing
Perkembangan dunia usaha sekarang tidak terlepas dari perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Tidak sedikit bisnis yang kalah bersaing dan akhirnya mati. Profesor Renald Kasali dalam bukunya yang berjudul Disruption menjelaskan adanya musuh-musuh tak kelihatan dalam persaingan bisnis. Ini tentu menjadi perhatian Jantees Screenprinting mengingat banyaknya usaha sejenis di pasaran dan model bisnis yang dijalankan mudah untuk ditiru. Tidak menutup kemungkinan bahwa akan banyak pesaing-pesaing baru dengan usaha bisnis yang sama namun dengan model bisnis yang lebih canggih, hemat biaya, murah, serta berkualitas tinggi.
Sumber risiko : eksternal perusahaan.
D.    Strategi Perusahaan untuk Mengelola Risiko
Berdasarkan hasil wawancara kelompok dengan pemilik Jantees Screenprinting. Ada beberapa strategi yang sudah dan tengah dijalankan oleh perusahaan dalam mengatasi risiko-risiko yang muncul.
Diantaranya :
1.      Instruksi dan pelatihan non formal : pekerja akan diarahkan dan dituntun, serta diawasi.
2.      Profing : untuk mengurangi terjadinya kesalahan desain dan kecocokan cat yang digunakan, serta mengurangi kegagalan produk.
3.      Ready stock : untuk bahan-bahan yang akan selalu digunakan dalam proses produksi. Ini membantu mengurangi wasting time.
4.      Disiplin administrasi : untuk mengurangi kesalahan spesifikasi pesanan, baik antara konsumen dengan pihak jantees, maupun antara Jantees Screenprinting dengan patner jahit (sewing patner).
Itulah beberapa strategi mengatasi risiko yang sejauh ini dilakukan perusahaan.
E.     Pendapat kelompok tentang : Analisis dan Identifikasi Bisnis Perusahaan serta Strategi Perusahaan Untuk Mengelola Risiko
1.      Analisis bisnis perusahaan
Secara eksplisit dapat diketahui dengan pasti pola dan model bisnis yang dijalankan oleh jantees screenprinting. Mulai dari segmen pasarnya hingga biaya-biaya yang dikeluarkan. Namun ada beberapa tanggapan kelompok berkaitan dengan proses bisnis Jantees Screenprinting , diantaranya :
a.       Mengenai  Cost Structurenya
Perusahaan kewalahan dalam menghitung BPP (beban pokok penjualan). Yang merupakan bagian penting dalam mengukur kinerja keuangan ; salah satunya untuk menghitung laba operasi.
b.      Patners
Perusahaan dalam jangka pendek atau jangka panjang akan mudah mengalami kesulitan berkaitan dengan ketersediaan bahan baku. Karena perusahaan hanya bergantung kepada 2 supplier saja.
2.      Strategi Perusahaan Untuk Mengelola Risiko
Pengelolaan risiko yang dilakukan oleh perusahaan menurut pandangan kelompok belum begitu maksimal. Walaupun perusahaan sudah berupaya mengurangi timbulnya kerugian yang sama. Namun upaya perusahaan belum mencakup semua kemungkinan risiko yang akan muncul. Disisi lain perusahaan hanya fokus pada upaya mengatasi risiko-risiko teknis. Pengelolaan risiko yang dilakukan perusahaan juga masih sangat sederhana tanpa melihat unsur-unsur risiko, probabilitas risiko, serta tingkat kerugian yang ditimbulkan.
Berikut beberapa tanggapan kelompok serta saran berkaitan dengan upaya pengelolaan risiko pada Jantees Screenprinting.
a.              Menetapkan tujuan : tujuan strategis (pencapaian kinerja jangka menengah dan panjang), serta tujuan operasional perusahaan.
b.             Memahami dan menilai risiko
Pada poin C (Identifikasi dan analisis sumber risiko) sudah dijabarkan tentang klasifikasi dan sumber terjadinya risiko. Tujuannya untuk mengetahui  variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kemungkinan pencapaian tujuan. Maka langkah selanjutnya adalah perusahaan memahami risiko tersebut. Apakah tingkat kerugian yang ditimbulkan tergolong rendah, sedang, atau tinggi serta probabilitas terjadinya risiko tersebut apakah tergolong tidak mungkin, kecil kemungkinannya, mungkin terjadi, atau besar kemungkinannya.
c.              Setelah mengetahui variabel-variabel/faktor-faktor yang dapat menghambat, selanjutnya perusahaan menetapkan risk appetite (risiko yang dapat diterima), dan risk tolerance (ukuran spesifik tentang derajat ketidakpastian yang diharapkan dapat diambil).

d.                    Respon dan pengendalian risiko : ada 2 risiko yang tentunya patut disadari oleh perusahaan : risiko retrospektif (risiko-risiko yang sebelumnya telah terjadi), dan risiko prospektif (adalah sesuatu yang belum terjadi, tetapi mungkin terjadi beberapa waktu yang akan datang). Tujuannya adalah untuk pengendalian risiko baik jangka pendek maupun jangka panjang. Maka dari itu : perusahaan menetapkan upaya pengendalian risiko berdasarkan data yang telah dikaji dari tahap identifikasi risiko, dan menggali informasi berkaitan dengan prospek terjadinya risiko-risiko di masa yang akan datang.
e.                     Implementasi dan evaluasi
Setelah proses identifikasi hingga penentuan upaya pengendalian risiko, maka strategi pengelolaan risiko direalisasikan. Strategi ini harus dinilai dan nantinya dievaluasi sejauh mana tingkat pengelolaan risiko membantu mencapai tujuan perusahaan.


OVERVIEW 



Daftar pustaka


 


Kasali, R. (2017). Disruption. Jakarta: PT Gramedia.

Maskartini. (2018, September 06). Diambil kembali dari tribunpontianak: https://pontianak.tribunnews.com/2018/09/06/dolar-naik-pengusaha-konveksi-humaira-novrianti-akui-imbasnya.
Niar, H. (2015, September 30). Analisis Risiko Investasi Terhadap Return Saham. Akmen Jurnal Ilmiah , 12, 3. Diambil kembali dari https://e-jurnal.stienobel-indonesia.ac.id/
Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2010). Business Model Generation. Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Sukamulja, S. (2017). Pengantar Pemodelan Keuangan dan Analisis Pasar Modal. Yogyakarta: ANDI.













   Osterwalder, A., & Pigneur, Y., Business Model Generation. (Canada: John Wiley & Sons, Inc., 2010), hal. 20-41

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Model Laporan Analisis Risiko Pada Perusahaan ; Studi Pada JanteesScreenprinting"

Post a Comment